"Ja'far bin Abi Thalib"

Nama lengkapnya Ja’far Bin Abi Thalib Bin Abdul Muthalib Bin Hasyim, biasa dipanggil Abu Al-Masakin (bapaknya orang-orang miskin) dan digelari Dzu Al-Janahain (pemilik dua sayap) dan Ja’far Ath-Thayyar (orang yang dapat terbang). Ibunya adalah Fatimah binti asad. Ia adalah putra paman Nabi, Abu Thalib. Istrinya adalah Asma’ Bintu Umais. Putranya adalah Abdullah Muhammad, dan Aun.

Ia lebih tua 20 tahun dari adiknya, Ali Bin Abi Thalib. Ia adalah orang yang paling mirip dengan Nabi dan termasuk orang yang mula-mula masuk islam.
Ia ikut berhijrah ke Habasyah(ethiopia), gelombang pertama dan kedua.

Di Habasyah, ia pernah berbicara atas nama kaum muslimin yang berhijrah kesana di hadapan An-Najasyi, Raja Habasyah.saat itu, An-Najasyi bertanya kepada mereka tentang agama islam, lalu Ja’far Bin Abi Thalib menjawab, “Wahai Raja Habasyah, dahulu kami adalah kaum yang menyembah berhala, makan bangkai, melakukan kejahatan, memutus hubungan silaturahim, dan mempergauli tetangga dengan tidak baik. Orang-orang kuat menindas orang-orang lemah di antara kami. Kami tetap dalam kondisi sseperti itu sampai Allah mengutus kepada kemi seorang Rasul dari golongan kami sendiri. Kami mengetahui betul tentang asal usul nasabnya, kejujuran, amanah, dan kesucian dirinya. Ia mengajak kami untuk mengesakan Allah dan menyembah-Nya dan meninggalkan apa yang kami sembah dan yang disembah oleh nenek moyang kami seperti batu dan berhala. Ia menyuruh kami untuk berkata jujur, menunaikan amanat, menyambung tali silaturahim, berbuat baik kepada tetangga,dan memelihara kehormatan dan darah. Ia melarang kami berbuat kejahatan, bersumpah palsu, memakan harta anak yatim, dan menuduh berzina wanita-wanita yang menjaga kehormatan dirinya. Ia menyuruh kami untuk menyembah Allah dan tidak menyakutukanNya dengan sesuatu apapun. Ia menyuruh kami untuk menunaikan shalat, mengeluarkan zakat, dan berpuasa. Kami membenarkan nya dan membenarkannya, lalu kami menyembah Allah yang maha esa dan kami tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. Kami mengharam kana pa apa yang Dia haramkan bagi kami dan menghalalkan apa-apa yang Dia halalkan bagi kami. Karena itu, kaum kami memusuhi, menyiksa, dan mengintimidasi kami agar kami kembali menyembah berhala, menghalalkan apa-apa yang dahulu kami halalkan dari hal-hal yang keji. Tatkala mereka memaksa kami, bertindak sewenang-wenang, mengintimidasi, dan berupaya memisahkan antara kami dengan kaum kami, maka kami berhijrah (bermigrasi) kewilayah kekuasaan anda. Kami memilih anda ketimbang yang lain. Wahai raja habasyah, kami senang hidup dengan anda dan kami berharap anda tidak memperlakukan kami dengan sewenang-wenang.”

Selanjutnya, Ja’far membaca beberapa ayat pertama dari surat Maryam. Mendengar bacaan Al Qur’an itu, Raja An Najasyi menangis dan menangis pula para Uskup yang berada di sampingnya. Kemudian An Najasyi mangatakan, “Sesungguhnya ini (ajaran yang dibawa Muhammad) dan apa yang dibawa oleh Nabi Isa benar-benar bersumber dari satu lentera.”

Ia pulang dari habasyah dan menemui nabi pada waktu Perang Khaibar tahun 7 H. Nabi mengatakan saat menyambut kedatangan Ja’far, “Aku tidak tahu atas apa aku merasa gembira, karena kedatangan Ja’far atau karena kemenangan Perang Khaibar.”

Ja’far adalah sosok sahabat yang sangat mencintai orang-orang miskin. Ia senang duduk dan ngobrol dengan meraka. Karenanya, Rasulullah menjulukinya dengan Abu Al-Masakin (bapaknya orang-orang miskin).

Rasulullah mengangkatnya sebagai wakil penglima perang dalam Perang Mu’tah. Ketika Zaid gugur di medan perang, Ja’far mengganti posisinya sebagai panglima perang. Dalam perang ini, ia terkena 70 luka. Ia membawa panji dengan tangan kanannya, lalu tangan kanannya putus karena sabetan pedang tentara musuh. Lalu ia membawanya dengan tangan kirinya dan tangan kirinya juga mengalami hal yang sama. Kemudian ia membawanya dengan lengannya hingga akhirnya ia gugur sebagai pahlawan syahid.

Ia gugur sebagai syahid pada tahun 8 H. Rasulullah SAW menyiarkan berita kematiannya sambil meneteskan air mata.

Tentang Ja’far, Rasulullah SAW, “aku masuk ke dalam surga dan kulihat Ja’far terbang bersama para Malaikat sedang kedua sayapnya penuh dengan lumuran darah.”

Rasulullah SAW memberitakan bahwa Allah memberinya ganti dengan dua sayap sehingga ia dapat terbang dengan keduanya di surga. Karenanya, Ja’far dijuluki sebagai Asy-Syahid Ath-Thayyar (pahlawan syahid yang dapat terbang).

Ketika datang berita tentang kematian Ja’far, Rasulullah menemui Asma’ Binti Umais, istri Ja’far, dan beliau menyatakan turut berbelasungkawa atas kematian Ja’far. Kemudian beliau menemui Fatimah yang saat itu sedang menangis, lalu beliau mengatakan, “Orang-Orang pantas menangis atas kematian orang seperti dia.”

Jika Umar bertemu dengan Abdullah bin Ja’far, ia mengucapkan, “Semoga Allah menganugrahkan keselamatan kepadamu, wahai putra Dzu Al-Janahain (pemilik dua sayap).”

4 komentar:

  1. Bergetar hatiku membaca kisahnya. Kapan aku bisa menjadi orang turut memperjuangkan agama Islamku ini dan berjuang bersama.

    terimakasih atas cerita dan pelajaran yang berharga ini.

    ReplyDelete
  2. aku ==>> semua orang yang membaca pasti bergetar dan menangis karena terharu, insyaALLAH bisa kayak ja'far meskipun tak sempurna seperti beliau ^_^ semangaaaatttt!!!!!!

    terimakasih kembali mau berkunjung kesini

    ReplyDelete
  3. beliau yang ketika meninggal dinaungi sayap-sayap malaikta bukan?

    ReplyDelete
  4. bener ...bagus luar biasa kisahnya cocok untuk dikisahkan pada anak2 generasi yg akan datang ...karean sekarang semakin jarang anak2 mendengar kisah sahabat2 Rosulluah ..bagus semoga tetep nulis trus ^_^

    ReplyDelete

Powered by Blogger.

Pages

Blogger templates

Popular Posts