“dinda, ada temen kanda itu baru saja nikah sudah di buatkan
rumah mewah oleh mertuanya, enak ya” ucap suami ketika berbincang menjelang
tidur
“gak enak ah nda, enakan kita. Baru menikah sudah
merintis kepahitan dalam hidup. Semua di awali dari 0 dari gak punya apa-apa
sekarang sudah punya apa-apa, minimal sudah punya anak, sudah punya usaha sendiri”
jawaban istri menyemangati keluarganya sendiri
“iya juga sih” jawabnya singkat sembari membaca buku menjelang tidur
“ibu pernah bilang : membina rumah tangga itu di awali
dengan yang pahit-pahit dulu dan jika bersabar dan bersyukur insyaALLAH akan
mendapat kebahagiaan. Jadi gak boleh iri dengan yang di atas nda, syukuri saja
hidup kita. Dinda bersyukur kok hidup seperti ini, penuh dengan perjuangan,
bekerjakeras untuk membangun impian” menyemangati suaminya agar terus
bersyukur. Si Istri adalah tipe penyabar dan menerima, sejak kecil ia di didik
oleh orang tuanya agar selalu bersyukur. Kehidupannya waktu kecil hingga remaja
selalu berkecukupan, jika minta sesuatu selalu orangtuanya berikan. Tetapi sifat
bersyukur dan menerima itu sudah mendarah daging di dirinya. Ia yang selalu
menyemangati suaminya ketika bercerita tentang kesuksesan teman-temannya “temen
kanda punya mobil, ada yang punya rumah mewah” dan sebagainya, itu lah kata-kata
yang di ucap ketika bercerita di waktu menjelang tidur.
“iya iya, kanda bersyukur mempunyai istri seperti dinda,
tidak banyak menuntut, diberi sedikit atau banyak selalu bersyukur. Alhamdulillah,
ada temen kanda yang istrinya selalu marah-marah ketika diberi uang tapi
sedikit loo” suami bercerita lagi tetapi lain topik
“nahh, kanda mau punya istri seperti itu? Nanti dinda
selalu marah-marah kalau uang jatahnya sedikit, mau?” keisengan istri di mulai
“ya gak lah dindaku sayang, kanda gak mau punya istri
seperti itu. Alhamdulillah dinda selalu menerima berapapun yang kanda beri”
mengecup kening istri dan tak sengaja air mata menetes
“kanda menangis?” tanya nya
“maafkan kanda, selalu membanding-bandingkan kehidupan
kita dengan orang lain. Kurang bersyukur dengan apa yang telah Allah beri. Kanda
harusnya bahagia diberi seorang istri yang sholihah dan sabar seperti dinda. Maafkan
kanda, mulai sekarang kanda harus belajar bersyukur dengan kehidupan kita”
memegang kedua tangan istrinya, menciumnya dan terus menitikan air mata
“iya kanda, bersyukurlah apa yang sudah kita miliki. Hidup
ini penuh dengan perjuangan, jika bersabar nantinya akan mendapat kebahagiaan,
insyaAllah hidup kita akan menjadi lebih baik kanda” air matanya berjatuhan di
pipi
Malam yang sunyi dengan alunan isak tangis mereka berdua
hingga mereka terlelap karena lelah menangis
Mensyukuri, membuat hati damai.
ReplyDeletebetul itu mb niken :D
DeleteNice story, tapi sayang penulisannya mohon diperhatikan ya? peace.. :)
ReplyDeleteterimakasih masukannya. saya memang lagi belajar menulis, jadi berharga sekali sarannya :)
DeleteSo sweet :)
ReplyDeleteterimakasih mb dewi, jadi malu nih :D
Deletelama tak menyapa, mumpung masih suasana lebaran di bulan syawal, saya datang mengucapkan mohon maaf lahir batin, keep happy blogging always...salam kemerdekaan :-)
ReplyDeletemaaf lahir batin juga ya, wehh apakah sering menyapa daku kok sudah lama tak menyapa :D
Deleteterimakasih atas kunjungannya